Wednesday, September 12, 2012

Beberapa Hal Yang Membuat Wudhu Seseorang Tidak Sah

A. Latar Belakang Masalah

Wudhu merupakan syarat sahnya shalat, yang mana dengan wudhu kita bisa melakukan ibadah. Dan adanya kita mempunyai wudhu berarti kita selalu dalam keadaan suci dari Hadats kecil. Selain itu juga memudahkan kita dalam menerima pelajaran, wudhu yang sempurna yaitu wudhu dengan memenuhi beberapa syarat dan fardhunya wudhu.
Tapi banyak dari kita yang melakukan wudhu hanya sekedar membasahi anggota wudhu. Dan selain itu juga kita tidak memperhatikan batasan-batasannya. Dan menganggap bahwa wudhu kita telah sempurna, padahal kalau kita adalah orang yang berhati-hati dalam berwudhu maka kita akan memperhatikan sekecil apapun masalah tersebut.
Sehubungan dengan latar belakang maslaah di atas, maka kami mencoba untuk membahas permasalahan yang berkaitan dengan adanya wudhu.

B. Rumusan Masalah


1. Apakah wudhu seseorang itu sah, apanila seseorang tersebut memakai cat kuku ?
2. Apakah athi-athi/godek itu merupakan anggota dari wajah. ?

C. Landasan Teori

Surah Al-Maidah ayat 6:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,

Dalam kitab Fat-hul Qarib dijelaskan bahwa fardhu-fardhunya wudhu itu ada 6 yaitu :
1. Niat. Niat tersebut dilakukan ketika membasuh permukaan sebagaian muka. Apabila orang yang berwudhu tidak mengucapkan Niat menghilangkan Hadats, maka tidak sah wudhunya.
2. Membasuh seluruh bagian muka. Adapun yang disebut dengan “Muka” (wajah) maka batasannya adalah mulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala sampai bagian bawah dagu, dan mulai dari Sentil (Tempat anting-anting) telinga yang kanan sampai telinga yang kiri.
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku. Dan juga wajib membasuh benda-benda yang terdapat pada dua tangan. Misalnya: Rambut (Bulu), Uci-uci, anak jari tambahan, kuku. Dan semua benda yang ada dibawah kuku (kotoran) maka wajib dihilangkan, sebab dapat mengakibatkan terhalangnya air sampai ke-bagian.
4. Mengusap sebagian dari kepala.
5. Membasauh dua kaki beserta kedua telapak kaki. Dan juga wajib membasuh setiap benda yang terdapat diatas kedua kaki.
6. Harus tertib (urut) di dalam mengerjakan wudhu sesuai dengan urutan rukun (Fardunya).

D. Analisa

1. Seseorang yang memakai cat kuku itu pada umumnya untuk mempercantik diri. Tapi, cat kuku itu merupakan bahan yang terbuat dari lilin. Cat kuku itu berbeda dengan pacar (Inai). Pacar (Inai) merupakan bahan pencelup yang masuk ke dalam kuku.
Jadi apabila seseorang memakai cat kuku, maka wudhu seseorang tersebut tidak sah. Karena cat tersebut dapat menghalangi sampainya air ke anggota. Kuku merupakan anggota yang juga wajib dibasuh dalam berwudhu, sebagaimana yang telah dijelaskan diatas.
Jadi sudah jelas bahwa orang yang menggunakan cat kuku itu wudhunya jadi tidak sah. Seharusnya sebelum melakukan wudhu cat harus dihilangkan terlebuh dahulu.
2. Athi-athi (Godek) itu merupakan sebagaian dari anggota wajah, yang telah dijelaskan diatas bahwa batasan dari wajah yaitu mulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala sampai bagian bawah dagu, dan mulai dari sentil telinga kanan sampai telinga kiri.
Jadi seseorang yang wudhu itu harus mengikutkan godek (Sentil) untuk ikut dibasuh. Apabila Godek (Sentil) tersebut tidak dibasuh maka wudhu seseorang tersebut kurang sempurna.
Sebaiknya sentil (godek) itu sebaiknya dipotong pendek saja biar bisa ikut terbasuh dalam wudhunya.

E. Kesimpulan

1. Cat kuku merupakan bahan yang dapat menghalangi sampainya air ke anggota wudhu. Jadi wudhu seseorang yang memakai cat kuku itu tidak sah.
2. Sentil (Godek) merupakan anggota wajah yang wajib dibasuh, apabila tidak dibasuh maka wudhunya tidak sempurna.
readmore »»  

Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak

Pendidikan anak dalam keluarga adalah tanggung jawab orang tua terutama ibu. Peran ibu dalam pendidikan anak lebih dominan dari peranan ayah, hal ini dapat dipahami karena ibulah oorang yang lebih banyak mengerti anak sejak seorang anak lahir. Ibulah orang yang selalu ada di sampingnya, bahkan dapat dikatakan pengaruh ibi terhadap anaknya dimulai sejak dalam kandungan. Seorang ibu juga lebih mengenal keadaan perkembangan, pertumbuhan dan masa puber mereka sebagai masa yang paling berbahaya bagi pertumbuhan jiwa dan akhlaknya.oleh karena itu tidak ada pilihan lain bagi ibu selain senantiasa memperhatikan dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam sehingga mereka mengetahui tugas dan tanggung jawab yang diembannya, termasuk dalam hal tanggung jawab dalam mendidik anak di dalam keluarganya agar bukan menjadi anak yang lemah.
Islam mengajarkan bahwa orang tua itu bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan ke-Islaman secara detail bagi anak-anak mereka. Dalam rangka pembentukan pribadi-pribadi yang shaleh dan shalehah yang tegak di atas akhlak yang mulia. Para orang tua hendaklah pandai mencetak generasi, memberikan pengaruh kepada mereka dan menanamkan nilai-nilai luhur serta keimanan ke dalam diri mereka.
Perhatia orang tua sebagai kesadaran jiwa orang tua untuk memperdulikan anaknya terutama dalam hal memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya, baik segi emosional maupun material. Jadi orang tua senantiasa harus mencurahkan, memperhatikan dan mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral. Persiapan spiritual dan sosial disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya.
Berbagai tanggung jawab besar para pendidik dan orang tua atas pendidikan anak, baik yang berkenaan dengan iman, moral, mental, jasmani maupun rohani. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam pendidikan anak. Berikut ada beberapa perhatian atau peranan orang tua dalam menumbuhkan semangat belajar anak dalam pendidikan diantaranya:

A. Pemberian Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak. Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya anak. Allah SWT juga mengajarkan bahwa Rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah samawi kepada umat manusia adalah seorang yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral maupun intelektual.
Penulis beranggapan bahwa pendidikan dengan memberi teladan secara baik dari kedua orang tua, teman bermain. Pengajar atau kakak merupakan faktor yang sangat memberkan bekas dalam memperbaiki anak. Memberi petunjuk dan mempersiapkannya untuk menjadi anggota masyarakat secara bersama-sama membangun kehidupan. Dengan demikian perlu diketahui oleh orang tua dan pendidik bahwa pendidikan dengan memberikan teladan yang baik adalah penopang dalam upaya meluruskan kenakalan anak, bahkan merupakan dasar dalam meningkatkan pada keutamaan, kemuliaan dan etika siosial yang terpuji. Tanpa memberikan teladan yang baik pendidikan anakntidak akan berhasil dan nasihat tidak akan berpengaruh.

B. Memberikan Nasehat
Nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakikat sesuatu untuk melakukan perbuatan baik mendorong mereka menuju harkat dan mertabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Betapa pentingnya nasehat orang tua terhadap anaknya karena apabila petuah dan nasehat yang tulus, jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang jernih dan berfikir, maka dengan cepat akan mendapat respon yang baik dan akan meninggalkan bekas yang mendalam. Al-Qur’an telah memberikan contoh seperti yang terdapat dalam surat Qaaf ayat 37:
Artinya:”Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”
Dengan demikian para orang tua atau pendidik hendaknya memahami betul akan hal ini. Dalam upaya memberikan nasehat peringatan dan bimbingannya dalam hal akidah maupun moral, dalm pembentukan kepribadian maupun kehidupan sosial. Jika mereka memang menginginkan kebaikan, kesempurnaan, kematangan akhlak dan akal anak-anak hendaknya mereka menggunakan metode al-Qur’an sebagai upayanya.

C. Pemberian Motivasi dan Penghargaan
Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau kkurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan menimbulkan keputus asaan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua pada anak yang prestasinya kurang, yaitu:
1. Kenali kemampuan anak jangan menuntut anak melebihi kemampuannya.
2. Menerima anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya
3. Membantu anak mengatasi masalah
4. Jangan mencela anak dengan kata-kata yang menyakitkan
5. jangan lupa berdo’a agar anak kita mendapat hasil yang terbaik
D. Memberikan Perhatian atau Pengawasan
Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial, disamping pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya. Islam dengan keuniversalan prinsipnya dan peraturannya yang abadi, memerintah kepada orang tua dan pendidik untuk memperhatikan dan senantiasa mengikuti serta mengawasi anak-anaknya dalam segala segi kehidupan dan pendidikan yang universal.
Dengan demikian bahwa memperhatikan dan mengawasi anak yang dilakukan anak oleh pendidik adalah asas pendidikan yang paling utama. Mengingat anak akan senantiasa terletak di bawah perhatian dan pengawasan maka pendidik harus selalu memperhatikan terhadap segala gerak-gerik, ucapan dan perbuatan anak. Jika melihat sesuatu yang baik maka doronglah anak untuk melakukannya. Dan sebaliknya, jika melihat sesuatu yang jahat cegahlah mereka, berilah peringatan dan jelaskan akibat dan bahayanya. Jika orang tua dan pendidik melalaika anak didiknya, maka anak akan menyeleweng dan terjerumus kejurang kehancuran dan kebinasaan. Maka kita sebagai orang tua dan pendidik harus selalu memberi motivasi yang baik kepada anak-anak agar senantiasa mereka melakukan perbuatan baik pula.
readmore »»  

Psikologi Umum (Sejarah, Pendapat Para Ahli, dan Obyek Pembahasan Psikologi )

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan psikologi (ilmu jiwa) sangat pesat sesuai tuntutan zaman. Tetapi, perkembangan itu belum mencapai kesempurnaan yang dimaksud. Dalam penyempurnaan tersebut, ahli psikolog menciptakan metode-metode untuk menyelidiki fakta-fakta hidup kejiwaan manusia dan makhluk lainnya. Obyek penyelidikan psikologi adalah jiwa. Jiwa cenderung berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi. Para ahli menemukan sistem pendekatan (sistem of approach) yang sesuai dengan watak dan sifat hidup kejiwaan (congment dengan watak atau sifat kejiwaan).
Dalam kaitannya dengan ini, sebelum kita mempelajari psikologi lebih jauh, maka kita juga harus mengetahui bagaimana sejarah psikologi agar lebih mudah memahami maupun mempelajrainya. Karena dengan kita mempelajari psikologi, kita akan mengetahui bagaimana karakter atau sifat pada diri pribadi maupun orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan psikologi?
2. Bagaimana pendapat para ahli psikologi tentang “psikologi”?
3. Apa objek kajian yang digunakan dalam “psikologi”?

C. Tujuan penulisan
1. Menjadikan manusia yang lebih baik
2. Untuk mengubah cara-cara hidup, tingkah laku dan pergaulan dalam masyarakat.
3. Untuk mengetahui pribadi masing-masing individu.

BAB II
PSIKOLOGI DALAM LINTAS SEJARAH


A. Sejarah Perkembangan Psikologi
“Psikologi” berasal dari Yunani “Psyche” artinya jiwa dan “logos” artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi, psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa serta macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Sebelum berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang definisi dari nyawa maupun jiwa. Nyawa adalah hidup jasmani yang berupa perbuatan dalam proses belajar, sedangkan jiwa adalah daya hidup rohani yang berisifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur perbuatan pribadi.
Jiwa mengalami perubahan disebabkan oleh faktor individual maupun sosial kultural yang melingkupinya. Pada abad sebelum masehi, para ahli fikir Yunani dan Romawi seperti socrates, aristoteles, plato dan galenus, dan lain-lain telah berusaha mengetahui kejiwaan manusia dengan cara spekulatif (dugaan saja) dan merupakan berpikir filosof kuno. Pada ke-17 s/d 19, psikologi dipengaruhi oleh ilmu alam. Mereka beranggapan, jiwa tunduk pada hukum-hukum alam biasa, menyelidiki dan menguraikan proses dan penyataan spekis menurut hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (kausal). Psikologi yang terpengaruh perkembangan ilmu kimia menyatakan, sesuatu terjadi dari zat terkecil dari unsur pokok. Ahli-ahli berpendapat, jumlah atau kumpulan unsur-unsur mewujudkan atau kebulatan yang berarti. Dengan demikian jiwa dianggap sebagai benda mati, yang proses berlangsungnya mekanis dan tunduk pada hukum. Manusia hanya djadikan objek, pribadinya tidak dapat mempengaruhi atau mengatur proses dan pernyataan psikisnya sendiri. Perpaduan ini disebut asosiasi, dan unsur-unsur yang terpadu menjadi kebulatan (totalitas) menurut hukum disebut psikologi.

B. Pendapat-Pendapat Para Ahli Psikologi
1. Socrates (469-399 SM)
Karena terpengaruh para Sophis Socrates mengajarkan logiga sebagai alat yang terpusat pada diri, bahkan lebih sekedar promosi terhadap gagasan yang relaif, dan itu merupakan kebenaran yang dicintai, diharapkan dan diyakini. Socrates juga berpandangan bahwa setiap manusia memendam jawaban dalam berbagai persoalan yang nyata. Masalahnya mereka tidak menyadarinya, sehingga diperlukan orang lain, misalnya bidang untuk membantu manusia untuk membentuk sebuah ide. Socrates mengembangkan idenya menggunakan metode tanya jawab atau disebut juga “socratic” metod atau “maieutics”. Maieutics dihapus oleh R. Rogers (1943) menjadi teknik dalam spiko terapis atau “non direcItive techniques”, yaitu teknik spikologi untuk menggali persoalan-persoalan dalam diri pasien sehingga ia menyadarinya tanpa diarahkan oleh spikolog atau spikoterapinya. Socrates menekankan pengertian “diri sendiri” bagi manusia. Semboyannya adalah “belajar yang sesungguhnya pada manusia adalah belajar tentang manusia.”
2. Plato (427-347 SM)
Indra manusia tidak dapat dipercaya atau diyakini, karena banyak yang menyesatkan. Kebenaran yang hakiki tidak dapat dicapai indera karena semua yang nampaka palsu. Sesuatu yang hakiki dapat berupa ide.
Mengenai jwa, Plato menyebutnya sebagai sifat immaterial yang desebabkan, jiwa sejak dulu sudah ada pada alam sensurik atau dikenal “pre eksistensi jiwa”. Menurutnya jiwa menempati dunia sensoris (penginderaan) dan dunia idea (berfikir). Berbicara tentang jiwa sensoris, Plato membedakan antara kehendak dengan keinginan. Kehendak dikuasai akal sedangkan keinginan bersifat menentang akal. Selain itu Plato menyebutkan tiga aspek pada manusia, yaitu: berfikir, kehendak dan keinginan. Ketiga aspek ini mempunyai lokalisi sendiri-sendiri berfikir (logitikon) mempunyai lokalisasi di otak, kehendak (thumeticon) mempunyai lokalisasi di dada dan keinginan (abdomen) mempunyai lokalisai di perut. Ketiga istilah tersebut disebut “tri chutomi” yaitu yang mendasari aktivitas-aktivitas kejiwaan manusia. Menurut Plato dunia memilki kebajikan: kebijaksanaan akal, keberanian berkehendak dan penguasaan diri patuh pada akal.
3. Aristoteles (384-322 SM)
Hakikat segala yang berwujud adalah nampak oleh indra. Setiap yang nampak memilki dua pengertian, yaitu “hule” artinya materi atau bahan yang terbentuk, dan “morthe” artinya bentuk benda, kemudian istilah tersebut dengan “hole mortheisme”. Dalam teorinya Aristoteles mengklasifikasikan:
a Anima Vegetativa, jiwa tumbuh-tumbuhan yang terbatas makan dan berkembangbiak saja.
b Aniam Sensitiva, jiwa yang fungsinya mengindera dan menggunakan nafsunya untuk bergerak dan bergerak.
c Anima Intelektiva, jiwa manusia yang berfungsi untuk berfikir dan berkehendak.
Aristoteles mengindentifikasikan berfikir dan berkehendak dengan istilah “dichotomi”.
4. Jhon Locke (1632-1704 M)
Jhon Locke adalah peletak dasar-dasar aliran environmentalism (empirism). Di kemukakan bahwa pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan individu. Pengalaman ini dapat diperoleh dari faktor lingkungan. Dua aspek hubungan dengan lingkungan, Jhon Locke membaginya dalam: sensation (pengideraan) dan reflection (refleks). Satu prinsip lagi yang dikemukakan Jhon Locke adalah behaviour modification (modifikasi tikanglaku), yaitu “all behaviour is originally learned” (tingkah laku pada dasarnya dipelajari). Dalam pendidikan, aliran ini dinyatan suatu faham yang faktof dan keturunan tidak diakui adanya.

C. OBYEK PEMBAHASAN PSIKOLOGI

Psikologi mempunyai obyek, yaitu jiwa. Sekarang ini belum ada seorangpun yang dapat mengetahuinya, karena bersifat abstrak. Menurut Nigel C. Benson dan Simon Grove, bagian-bagian yang dikaji oleh psikologi terdiri atas:
1. Psikologi Perkembangan
2. Psikologi Sosial
3. Psikologi Perbandingan
4. Psikologi Individual
5. Psikologi Kesehatan, dan lain-lain

Ditinjau dari obyeknya, psikologi dibagi:
1. Psikologi Metafisika (meta= di balik, di luar; fisika= alam nyata)
Yang menjadi obyeknya adalah hal-hal yang mengenai asal usul jiwa, wujud jiwa, akhir jadinya dan sesuatu yang tidak terwujud yang tidak diselidiki dengan ilmu alam atau fisika.
2. Psikologi Empiris (empiris= pengalaman)
Dipelopori oleh Bacon dan John Locke. Menurut ahli-ahli empiris psikologi, tidak didasarkan dan diuraikan dengan falsafah atau teologi, melainkan pengalaman. Untuk memperoleh bahan, psikologi empiris menggunakan percobaan (eksperimen).
3. Psikologi Behavioursme (behaviour= tingkah laku)
Pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, lahir pada abad 20, dan dipelopori oleh Mac Dougall. Para ahli paham ini mempunyai prinsip-prinsip:
a. Obyek psikologi adalah behaviour yaitu gerak lahir yang nyata, reaksi-reaksi manusia terhadap rangsangan tertentu.
b. Unsur behaviour ialah refleksi, yaitu reaksi tak sadar atas perangsang dari luar tubuh.

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan:
1. Jiwa mengalami perubahan disebabkan faktor individual maupun sosial kultural.
2. Socrates (469-399 SM).
Setiap manusia memendam jawaban atas berbagai persoalan nyata. Mereka cenderung membutuhkan orang lain (bidan) untuk membantunya dalam menuangkan ide-ide.
3. Plato (27-349 SM).
Indera manusia tidak dapat diyakini kebenarannya karena kebenaran yang hakiki hanya berupa ide.
4. Aristoteles (384-322 SM).
Segala yang berwujud adalah nampak oleh indera, yang di dalamnya terdapat dua unsur yaitu “ Hole” dan “Morphe”.
5. Jonh Locke (1632-1704 M).
Mengemukakan bahwa pengalaman adalah faktor utama dalam perkembangan individu yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
6. Obyek yang digunakan dalam psikologi ini adalah jiwa.

DAFTAR PUSTAKA


Miarso, Yusuf Hadi. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994.
http://www.teknologipendidikan.net/wp−content/uploads/2008/02/dsp_visi_Teknologi_pendidikan.pdf
http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/konsep-teknologi-pendidikan.html


















readmore »»  

Tuesday, September 11, 2012

Pintu Pembuka Rejeki

Sobat, Manusia semenjak masih dalam kandungan yaitu ketika ditiupkan roh oleh Alloh SWt. sudah ditentukan yang namanya lahir, rejeki, jodoh, dan mati. Nah, kali ini kita akan bahas yang namanya Rejeki. rejeki kadang datang tak disangka-sangka, kadang mudah, dan kadang pula sulit. Kenapa datangnya rejeki sulit? Sobat, mari kita instrospeksi diri kita masing-masing. Barangkali kita lupa untuk mengamalkan 4 hal berikut yang merupakan jalan atau pintu pembuka rejeki: 1. Taqwa Taqwa adalah melaksanakan segala yang diperintahkan Alloh SWT. dan menjauhi segala yang dilarang oleh Alloh SWT. 2. Silaturrohim Menyambung tali persaudaraan dengan orang lain, saling berkunjung ke rumah saudara, tetangga, teman, dan lain-lain. 3. Sholat Melakasanakan ibadah lima waktu setiap hari. Usahakan secara berjamaah di masjid. 4. Shodaqoh Memberikan sebagian harta kita untuk membantu orang lain yang membutuhkan atau sedang dalam kesusahan. Sobat, itulah 4 amalan pintu pembuka rejeki, semoga kita bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Amin Ya Robbal 'Alamin.
readmore »»